tautekno.id – Perdebatan soal apakah Bitcoin benar-benar bersifat zero-sum game kembali memanas di kalangan investor. Isu ini mencuat setelah investor muda Indonesia, Sulianto Indria Putra, menyebut di akun Instagramnya bahwa keuntungan holder Bitcoin pada dasarnya adalah kerugian bagi pemilik aset fiat atau uang konvensional.
Pandangan ini memicu diskusi yang menarik, karena menyentuh filosofi awal Bitcoin yang lahir sebagai bentuk kritik terhadap ketidaksempurnaan sistem keuangan tradisional. Lalu, apa sebenarnya konsep zero-sum game dalam konteks Bitcoin dan dunia kripto?
Apa Itu Zero-Sum Game?
Dalam ilmu ekonomi, zero-sum game adalah situasi di mana keuntungan satu pihak sama persis dengan kerugian pihak lain. Total nilainya tetap, hanya berpindah tangan. Analoginya sederhana: bayangkan sebuah kue. Kalau satu orang mengambil potongan lebih besar, orang lain harus puas dengan potongan yang lebih kecil.
Konsep ini sering ditemui dalam aktivitas spekulasi, misalnya trading atau derivatif. Ketika seseorang meraup untung dari selisih harga, ada pihak lain yang menanggung rugi di sisi berlawanan.
Trading Bitcoin Memang Zero-Sum Game
Dalam konteks trading jangka pendek, Bitcoin memang memperlihatkan sifat zero-sum yang kuat. Pergerakan harga muncul karena aksi jual-beli pelaku pasar. Keuntungan trader datang dari perbedaan harga beli dan harga jual dan sebaliknya, kerugian muncul dari pergerakan yang tidak sesuai harapan.
Contoh sederhana: kalau Anda menjual Bitcoin di harga tinggi sebelum harganya jatuh, Anda untung. Tapi pembeli yang membeli di harga tinggi tersebut akan menanggung rugi. Fenomena ini makin jelas di instrumen derivatif seperti futures atau margin trading, di mana yang dipertaruhkan hanyalah selisih harga, tanpa pertukaran aset fisik.
Bitcoin Bukan Sekadar Alat Spekulasi
Meskipun aktivitas trading memperlihatkan karakter zero-sum, Bitcoin sejatinya lebih dari sekadar instrumen spekulasi. Sejak awal, Bitcoin dirancang sebagai alternatif sistem keuangan terdesentralisasi. Teknologi blockchain yang mendasarinya memungkinkan transaksi lintas batas yang aman, transparan, dan efisien tanpa perantara.
Seiring waktu, Bitcoin semakin banyak diadopsi untuk berbagai skenario nyata seperti pembayaran lintas negara, penyimpanan nilai (store of value), hingga jaminan pada ekosistem keuangan terdesentralisasi (DeFi).
Dalam konteks ini, ekosistem Bitcoin justru membentuk positive-sum game di mana total nilai yang tercipta bisa tumbuh seiring meningkatnya adopsi, jumlah dompet aktif, merchant yang menerima BTC, hingga integrasi dengan layanan keuangan konvensional.
Analogi Industri Emas
Sebagai perbandingan, lihatlah industri emas. Selain trader dan penambang yang bertransaksi, ada penyuling, perancang perhiasan, pengecer, hingga perusahaan logistik. Semua berkontribusi menciptakan nilai dalam rantai industri. Ekosistem Bitcoin bekerja dengan cara serupa. Ada developer, penambang, perusahaan Web3, hingga komunitas pengguna yang membangun inovasi baru di atas teknologi blockchain.
Dengan sudut pandang ini, ekosistem Bitcoin bisa menciptakan nilai ekonomi riil, bukan sekadar memindahkan keuntungan dari satu pihak ke pihak lain.
Tergantung Cara Pandang
Kesimpulannya, apakah Bitcoin zero-sum? Jawabannya bisa iya, bisa tidak, tergantung konteks. Dalam ruang lingkup trading spekulatif, sifat zero-sum memang sangat terlihat: satu untung, satu rugi. Namun dalam perspektif ekosistem jangka panjang, teknologi dan inovasi di balik Bitcoin justru membentuk model positive-sum yang memberi manfaat lebih luas.
Jadi, sebelum menyimpulkan, penting bagi investor untuk memahami bahwa Bitcoin bukan hanya soal harga di grafik. Ia adalah ekosistem teknologi yang terus berkembang, dengan potensi manfaat ekonomi yang bisa dirasakan banyak pihak.
(ata)