tautekno.id – Spotify telah mengumumkan kenaikan harga langganan untuk seluruh paket Premium di Indonesia mulai Agustus 2025. Penyesuaian ini disebut sebagai bagian dari upaya mendukung inovasi dan pengembangan fitur layanan streaming musik mereka.
Alasan Kenaikan Harga
Dalam pernyataan resmi yang diunggah di situs Spotify pada Selasa (5/8/2025), perusahaan asal Swedia tersebut menjelaskan bahwa penyesuaian harga dilakukan demi meningkatkan kualitas pengalaman pengguna. Mereka menegaskan komitmennya untuk terus menghadirkan layanan personal yang berkualitas tinggi bagi setiap pengguna di seluruh dunia.
“Untuk terus berinovasi dalam penawaran dan fitur Spotify serta memberikan pengalaman terbaik kepada pengguna, kami memperbarui harga secara berkala,” tulis pihak Spotify.
Langkah ini sejalan dengan strategi global perusahaan yang ingin mempertahankan daya saing dan beradaptasi dengan perkembangan teknologi serta kebutuhan pasar layanan streaming musik.
Daftar Harga Spotify Premium Terbaru per Agustus 2025
Pantauan dari tim Tekno Liputan6.com menyebutkan bahwa perubahan harga ini mulai berlaku sejak awal Agustus 2025. Rata-rata kenaikan harga berkisar antara Rp 2.400 hingga Rp 8.000 per paket.
Berikut adalah rincian harga terbaru Spotify Premium di Indonesia:
- Premium Individual: Rp 59.000 per bulan (sebelumnya Rp 54.990)
- Premium Duo: Rp 79.900 per bulan (sebelumnya Rp 71.490)
- Premium Family: Rp 94.900 per bulan (sebelumnya Rp 86.900)
- Premium Student: Rp 29.900 per bulan (sebelumnya Rp 27.500)
Kenaikan ini otomatis diterapkan pada siklus pembayaran pelanggan berikutnya, dan pengguna telah menerima pemberitahuan melalui email sejak awal bulan ini.

Fitur Premium Tetap Sama
Meskipun terjadi kenaikan harga, Spotify menegaskan bahwa tidak ada perubahan pada fitur dan manfaat yang disediakan dalam setiap paket Premium. Pelanggan tetap dapat menikmati:
- Pemutaran musik bebas iklan
- Akses ke mode offline
- Kualitas audio tinggi
- Akses lintas perangkat
Dengan kata lain, semua keunggulan yang selama ini ditawarkan tetap tersedia seperti sebelumnya, tanpa adanya pengurangan layanan.
Spotify Dihantui Kontroversi Global
Di tengah kabar kenaikan harga, Spotify juga sedang menghadapi tekanan dari komunitas global menyusul laporan investasi CEO Spotify, Daniel Ek, di sektor teknologi pertahanan. Melalui perusahaan modal venturanya, Prima Materia. Daniel Ek diketahui memimpin investasi senilai sekitar USD 700 juta atau setara Rp 11,4 triliun ke startup militer Eropa bernama Helsing.
Langkah ini memicu reaksi keras dari sejumlah pengguna dan musisi internasional yang menilai investasi di bidang militer tidak sejalan dengan semangat kreatif industri musik. Beberapa musisi bahkan menyerukan boikot terhadap Spotify sebagai bentuk protes atas keputusan tersebut.
Menanggapi hal ini, Daniel menyatakan bahwa investasi tersebut merupakan bentuk dukungan terhadap kesiapan keamanan Eropa. Yang semakin mendesak di tengah tantangan geopolitik.
“Seiring dengan cepatnya Eropa memperkuat kapabilitas pertahanannya sebagai respons terhadap tantangan geopolitik yang terus berkembang, ada kebutuhan mendesak untuk investasi dalam teknologi canggih yang menjamin otonomi strategis dan kesiapan keamanannya,” ujar Daniel Ek dalam pernyataan resminya.
Apakah Spotify Masih Layak untuk Berlangganan?
Dengan harga yang sedikit meningkat namun fitur yang tetap lengkap, banyak pengguna mungkin akan mempertimbangkan kembali keputusan mereka untuk tetap berlangganan atau tidak. Namun bagi sebagian besar pengguna yang sudah terbiasa dengan kualitas dan personalisasi yang ditawarkan oleh Spotify. Kenaikan harga ini mungkin dianggap wajar.
Spotify sendiri masih menjadi salah satu layanan streaming musik paling populer di dunia, dengan jutaan lagu, podcast, dan konten audio lainnya yang terus diperbarui. Di sisi lain, munculnya kompetitor seperti YouTube Music dan Apple Music menjadi alternatif menarik yang tak bisa diabaikan.
Bagi pelanggan di Indonesia, keputusan untuk tetap berlangganan atau berpindah ke platform lain kini menjadi lebih kompleks, terlebih dengan munculnya isu-isu etis yang menyertai layanan ini.
(ata)