tautekno.id – Les’ Copaque Production baru-baru ini mendapat sorotan tajam dari publik setelah merilis game Upin & Ipin Universe. Meski menjadi debut besar adaptasi animasi populer Malaysia ke dunia game, proyek ini justru menuai kontroversi karena dianggap tidak sebanding dengan harga dan kualitas yang ditawarkan.
Harga Game Dinilai Tidak Masuk Akal
Game ini dijual dengan harga sekitar Rp654.452 (setara dengan 177 Ringgit Malaysia) di berbagai platform seperti Steam, Epic Games Store, Nintendo Switch, dan PlayStation. Harga ini menjadi sorotan banyak pengguna yang menganggap game tersebut terlalu mahal untuk kualitas yang ditawarkan, terutama karena banyak ditemukan bug teknis seperti karakter yang tembus tembok atau berpindah sendiri, serta alur cerita yang dangkal untuk sebuah game open world.
Les’ Copaque Tetap Anggap Harga Wajar
Ahmad Razuri, pengarah kreatif di Les’ Copaque Production, menyebut bahwa harga yang ditetapkan tetap tergolong wajar. Dalam kanal YouTube resminya, ia mengatakan, “Menurut saya tidak terlalu mahal, tidak apa-apa. Dukung Malaysia.”
Razuri juga menjelaskan bahwa hak cipta, khususnya musik dalam game, dipegang oleh penerbit. Oleh karena itu, ketika para kreator konten memainkan game ini di platform seperti YouTube, bisa saja terkena copyright strike karena penggunaan musik berlisensi.
Seruan Boikot Muncul di Media Sosial
Di media sosial, terutama di platform X (dulu Twitter), muncul kampanye boikot terhadap game ini. Tagar seperti #BoikotLesCopaque dan #BoikotStreamlineMedia ramai digunakan oleh pengguna yang kecewa. Seruan boikot ini tak hanya terkait harga, tetapi juga persoalan internal, termasuk dugaan keterlambatan pembayaran gaji kepada staf pengembang dari Streamline Studios, mitra kerja Les’ Copaque dalam proyek ini.
Sebuah laporan dari Nmia Gaming menyebut bahwa beberapa karyawan Streamline Studios belum menerima gaji selama berbulan-bulan, termasuk dana pensiun wajib EPF. Bahkan mantan karyawan yang di-PHK juga belum mendapatkan haknya.

Masalah Hak Cipta dan Kreator Konten
Kontroversi lain muncul dari komunitas kreator konten. Beberapa YouTuber, termasuk Windah Basudara, mengaku mendapat klaim hak cipta ketika memainkan game ini, padahal game tersebut dibeli secara resmi. Ironisnya, Les’ Copaque justru menggunakan cuplikan video dari Windah tanpa izin untuk konten promosi mereka.
Hal ini memicu kemarahan warganet, yang menilai perlakuan ini tidak adil. Salah satu pengguna X menulis: “Windah Basudara stream game Upin Ipin sambil promote game tu. Tapi yang dapat, dia kena strike copyright. Tapi YouTube Official Les Copaque ambil video dia and letak dalam shorts… Bodo² je company camni.”
Klarifikasi Les’ Copaque Production
Menanggapi kritik tersebut, Les’ Copaque merilis video klarifikasi berjudul “Soal Jawab: Upin & Ipin Universe” di kanal YouTube mereka. Dalam video berdurasi 12 menit itu, mereka menjelaskan bahwa klaim hak cipta muncul karena musik dalam game, dan bukan karena videonya sendiri. Mereka juga menyatakan tengah berupaya bekerja sama dengan pihak penerbit agar video dari para kreator dapat di-monetize tanpa terkena copyright.
Soal bug yang ditemukan dalam game, Les’ Copaque menyebut bahwa mereka telah melakukan pengujian dan akan terus merilis patch update untuk perbaikan. “Game memang seperti itu, gamers biasanya paham,” ujar mereka.
Untuk tuduhan tidak membayar karyawan, Les’ Copaque dengan tegas membantahnya. Mereka menyatakan seluruh hak karyawan telah dibayarkan sebelum peluncuran game, dan menyebut jika tidak dibayar, game tersebut tidak akan bisa dirilis.
Kesimpulan
Peluncuran Upin & Ipin Universe yang seharusnya menjadi momen membanggakan justru berubah menjadi kontroversi besar. Harga tinggi, bug teknis, perlakuan terhadap kreator konten, hingga dugaan masalah internal memperkeruh citra game ini di mata publik. Meski Les’ Copaque sudah memberikan klarifikasi, banyak pihak masih menunggu langkah nyata untuk memperbaiki situasi dan membangun kembali kepercayaan para penggemar.
(ata)